Jejak Petualang

Screenshot_2018-02-09-23-01-37_1_1.jpg
Roisatun Nabilah

Oleh: ROISATUN NABILAH

Saya Mahasiswi tingkat Akhir di Fakultas bahasa dan Seni Disain Komunikasi Visual di Univesitas Indra Prasta PGRI Jakarta Selatan.

Melakukan penelitian merupakan tugas yang tak terpisahkan dari dunia mahasiswa khususnya mahasiswa tingkat akhir seperti saya. Biasanya dalam penelitian lapangan pasti membawa pengalaman, pengayaan dan tantangan tersendiri bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. Apalagi saya yang memilih objek penelitian tentang sejarah Pahlawan Nusantara dari Aceh yaitu Laksamana Keumalahayati, seorang Laksamana Armada Laut Muslimah pertama di Nusantara bahkan dunia. Kebayangkan serunya menelusuri jejak seorang wanita yang tangguh ini.

Nah mau tau kan kenapa saya memilih objek tersebut?

Jadi, awalnya saya belum pernah mendengar tentang Malahayati dan sama sekali tidak tahu kalau beliau adalah salah satu wanita tangguh di Aceh. Karna namanya yang asing saya penasaran dan ingin mencari tahu siapa beliau.

Disini saya akan berbagi apa saja yang menjadi tantangan ketika saya melakukan penelitian di tanah pahlawan saat saya penelitian.

Langkah pertama saya mencari tahu narasumber. Kebetulan saya menemukan salah satu anggota MAPESA (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh), Namanya Rahmat Riski. Waktu itu saya membuka akun instagram MAPESA dan muncullah beliau, karena yang saya lihat dari gallery instagramnya dia banyak memposting foto-foto sejarah gitu. Saya Tahu nama MAPESA itu dari salah satu penulis yang pernah meneliti tentang Malahayati namanya Olieve. Sebelumnya saya pernah mewawancarai dan berdiskusi tentang bagaimana ketika ia berada di Aceh, kondisi Aceh, kondisi Masyarakat Aceh, cara berpakaian di Aceh. Dan saya mendapat dorongan dan dukungan dari beliau.

Awalnya saya masih ragu untuk berangkat ke Aceh untuk penelitian. Karena saya seorang wanita dan belum pernah pergi sejauh itu. Karna saya diyakinkan kembali oleh Rahmat Riski bahwa disini banyak sejarawan makanya saya semakin penasaran dan semakin kuat tekad saya untuk menginjakkan kaki di tanah Rencong. Karena yang saya cari adalah sejarawan untuk memperkuat data-data yang telah saya peroleh. Karena ada orang baik yang rela direpotkan oleh saya, saya percaya diri untuk menetapkan waktu untuk berangkat ke Aceh.

Dihari pertama tepatnya pada tanggal 30 November 2017, saya mulai berangkat dari rumah pukul 04.00 pagi. Karena jarak tempuh dari rumah ke Bandara Soekarno Hatta itu lumayan jauh. Waktu itu saya telat sampai ke Bandara, karena jadwal ditiket pukul 05.00 harus ada di bandara dan kita baru sampai di bandara pukul 06.00, akhirnya kita ketinggalan pesawat hari itu. Dan rasanya menyakitkan syekalihhh pemirsah. Karena tidak mau menyerah saya tukar tiket dengan jadwal esok hari dan beruntungnya itu tidak dikenakan biaya sama sekali, alhamdulillah rezeki anak solehah, rezeki pejuang skripsi.

Di hari pertama saya berangkat dan menginjakkan kaki di Aceh tepatnya di bandara Sultan Iskandar Muda itu cuacanya hujan, karna itu saya menunggu jemputan teman saya yang baik hati itu. Karena sebelumnya saya belum pernah bertemu dengannya jadi saya bingung yang mana orangnya. Tidak lama kemudian teman sayapun menegur dari samping. Dalam hati saya berkata “alhamdulillah ada yang jemput”. Karena saya takut diculik wkwkwkwkwk.

Sore hari saya sampai di Kota Banda Aceh tepatnya di Kampong Keuramat, saya tinggal di rumah saudara. Rumah keluarga Ibunya Rieca Rahmatan. Saya sangat bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang baik. Saya kira orang aceh itu sangat sensitif dengan orang luar seperti saya, ternyata semua itu diluar dugaan saya, mereka disana sangat ramah, baik dan penyayang, kalo soal ibadah jangan diragukan lagi.

Lalu di hari kedua tepatnya pada tanggal 2 November 2017. Kebetulan teman saya ada acara tentang Pahlawan Nasional Teuku Nyak Arief di Universitas Syiah Kuala. Dan kebetulan disitu ada beberapa sejarawan yang ingin saya wawancarai tentang Laksamana Keumalahayati, beliau adalah Dr Husaini M.A dan Dr Nabhani M.A, mereka adalah salah satu dosen di Universitas Syiah Kuala dan juga sejarawan. Setelah acara seminar selesai, ketika itu beliau memerintahkan saya untuk bertemu di suatu tempat agar berbincang lebih leluasa, akhirnya saya di antarkan ketempat yang tadi beliau katakan yaitu di Kantin SEMEA Banda Aceh, lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus.

Sesampainya dilokasi ternyata beliau menyambut baik kedatangan saya. Beliaupun banyak memberi masukan, juga banyak memberi saran. Terutama memberi tahu tempat buku-buku tentang Malahayati dan tempat-tempat peninggalan sejarah Malahayati. Setelah selesai mewawancarai beliau, saya dan teman saya bergegas pergi ke makam Laksamana Keumalahayati yang letaknya cukup jauh, tepatnya di Krueng Raya. Lokasinya berada di atas bukit. Setelah itu lanjut ke Pelabuhan Malahayati yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pemakaman. Karena pada saat itu cuaca hujan jadi kami hanya sebentar.Dalam perjalanan pulang ke Kampong keuramat kami nongkrong di warung kopi. Disana bertemu para pemuda MAPESA. Pertama kali memcicipi kopi di Aceh rasanya mantap, beda dengan kopi di Jakarta yang banyak seratnya.

Hari selanjutnya tanggal 3 November 2017, saya diantar oleh saudara saya Rieca Rahmatan ke Museum Aceh, disana terdapat PDIA, Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh. Di perpustakan itu terdapat banyak sekali buku-buku tentang Pahlawan Nusantara terutama tentang Laksamana Keumalahayati. Pada hari itu saya meminta petugas untuk memfoto copy buku-buku yang saya butuhkan. Awalnya saya kira tidak boleh untuk di copy ternyata dugaan saya salah. Mereka baik dan sangat ramah.

Sepulang dari Museum Aceh, saya di bawa ke Museum Tsunami, dari Museum Tsunami saya pulang lalu di jemput teman saya pergi ke makam Kandang 12. Setelah dari situ kami melanjutkan ngopi karena menunggu hujan reda. Saya heran, kenapa setiap saya dan teman saya mampir di tempat kopi pasti ada pemuda-pemuda yang kemarin lagi. Wkwkwkw tapi seru sih, mereka semua sangat baik dan lucu.

Hari selanjutnya, tepatnya tanggal 04 November 2017. Saya dan teman saya berangkat ke PDIA untuk mengambil foto copy dan bertemu sejarawan Drs Mawardi, M.Hum. beliaupun menyambut kami dengan baik. Ia memberi banyak masukan tentang pakaian saat Laksamana Keumalahayati berperang. Beliaupun sangat mendukung dengan objek yang saya teliti.

Setelah dari PDIA, kami berencana pergi ke Benteng Inong Balee, letaknya di dalam hutan dekat dengan pantai, pemandangan yang indah disertai rintik-rintik hujan. Suasananyapun sunyi jauh dari polusi sangat beda dengan di Jakarta, selain banyak polisi juga jalananpun dimana-mana macet. Cukup ekstrim juga jalanannya karena hujan dan jalanannyapun sangat licin karena masih tanah dan bebatuan.

Setelah dari Benteng Inong Balee, kami melanjutkan perjalanan ke bukit Lamreh, karena satu arah dengan Benteng Inong Balee. Cukup jauh sih, tapi saya sangat menikmati pemandangan disana. Tumbuhan diatas air, jalananan yang di kelilingi bukit dan gunung-gunung, udara yang sejuk, laut yang biru. Dan yang paling saya suka adalah jalanan yang tidak ada kemacetan sama sekali.

Ketika sesampainya di Bukit Lamreh, kami memasuki hutan yang jalanannya lumayan ekstrim, berbatu, licin dan banyak belerang. Karena kasihan dengan si merah, kami menyimpannya di pinggir bukit. Lalu kami berjalan menelusuri Bukit tersebut, karena cukup jauh teman saya mengambil si merah yang ditinggal sendirian. Ketika melanjutkan perjalanan, ternyata si merahnya tidak mau melanjutkan perjalanan karena sakit. Dan akhirnya kami pun mencari pertolongan kepada para pemuda tampan yang baik hati. yup mereka adalah Akmal dan Ichsan.

Sambil menunggu mereka berdua kamipun mencoba berjalan kaki sampai naik turun bukit, ya lumayanlah olah raga. Sampai beberapa puluh menit kami baru bertemu dengan mereka. Untung mereka sampai. Jadi saya bisa pulang tepat waktu. Saya pun di antar oleh Rahmat Riski ke bandara Sultan Iskandar Muda dengan kecepatan tinggi, sampai menerobos lampu merah. Terimakasih untuk bantuan kalian orang-orang yang baik hati. Semoga kita dapat berjumpa kembali. Cerita ini akan menjadi sejarah dalam hidup saya.

Penulis, Roisatun Nabilah, Mahasiswi Fakultas bahasa dan Seni Desain Komunikasi Visual di Univesitas Indra Prasta PGRI Jakarta Selatan.. Email: nabilah.0682@gmail.com

Satu respons untuk “Jejak Petualang

Tinggalkan komentar